TARI DENOK
SEJARAH TARI DENOK
Tari Denok diciptakan oleh Bintang Hanggoro Putra pada tahun 1991. Bintang Hanggoro Putra yang lahir di Madiun pada tanggal 8 Februari tahun 1960, adalah seorang akademisi sekaligus koreografer yang bertempat tinggal di Semarang. Beliau merupakan salah satu alumni dari Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Yogyakarta tahun 1979 hingga tahun 1985 dan sejak tahun 1985 menjadi pengajar di Universitas Negeri Semarang.
Tari Denok dibuat dengan tujuan untuk memunculkan kembali bagaimana bentuk tari gaya Semarangan dengan menggunakan gerak-gerak dasar dari kesenian Gambang Semarang. Hal ini dilakukan oleh penata tari agar kota Semarang memiliki tarian yang nantinya diharapkan dapat menjadi cikal bakal sebagai tarian khas kota Semarang.
Kesenian Gambang Semarang dengan judul lagu Empat Penari sebagai sumber inspirasinya dalam menciptakan karya tari Denok. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat dapat mengetahui dan terus mengingat kesenian khas kota Semarang, namun dengan penyajian yang berbeda, yaitu dengan adanya koreografi dalam musik Gambang Semarang.
Proses penciptaan tari ini telah melewati berbagai pertimbangan berdasarkan faktor-faktor pendukung tari, seperti gerak, musik, tata rias dan busana, serta kondisi letak geografis, kebudayaan, dan sosial masyarakat kota Semarang. Hal tersebut menjadi sumber inspirasi Bintang dalam nenuangkan ide dan kreativitasnya terhadap karya yang akan UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta 5 diciptakannya, yaitu tari Denok.
Tari Denok memiliki konsep tari tunggal. Disebut tari tunggal (solo dance) karena tidak adanya keterkaitan antar penari dalam sebuah koreografi tari Denok, melainkan pada koreografi tari ini, penari bergerak secara rampak.
Tari Denok dapat ditarikan secara tunggal, karena dalam tari ini tidak terdapat gerak tari yang mengharuskan adanya gerak dengan penari lain.8 Tari Denok pada hakikatnya digunakan sebagai tari hiburan dan tari penyambutan, sehingga waktu dan tempat disesuaikan dengan jadwal acara yang akan dilaksanakan.
Tari Denok biasanya ditarikan dengan jumlah penari empat sesuai dengan lirik lagu Gambang Semarang. Hal ini dikarenakan penata tari terinspirasi dari lirik lagu berjudul Empat Penari.
Lagu Empat Penari memiliki lirik yang berbunyi “sambil bernyanyi jongkok berdiri kaki melintang aduh...”. Lirik ini menjadi salah satu inspirasi terciptanya gerak yang ada dalam tari Denok, seperti salah satunya terdapat gerak jongkok berdiri.
Busana yang dikenakan tari Denok yaitu kebaya Encim, sarung Semarangan, sampur sebagai properti, di bagian kepala menggunakan gelung konde dan aksesoris pelengkap seperti anting, bros, dan tusuk konde. Aksesoris yang digunakan terbuat dari uang benggol. Uang benggol adalah sebutan untuk uang koin sekitar tahun 1957.
Kata denok merupakan panggilan untuk anak perempuan di Semarang yaitu nok yang merupakan akronim dari kata denok. Bentuk koreogafi tari Denok menggambarkan kelincahan gadis di kota Semarang.
Tari ini berdurasi selama kurang lebih empat menit. Bentuk koreografi tari Denok terdapat empat motif pokok yaitu ngondheg, ngeyek, geol, dan jalan tepak.
Tari Denok memiliki posisi tangan yang berbeda dari tarian lain yaitu tangan ngincup (posisi tangan seperti sedang menangkap kupukupu). Posisi tangan ngincup ini mendominasi dalam sikap tangan pada gerak tari Denok. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta 7 Hingga saat ini Tari Denok telah banyak diakui keberadannya oleh masyarakat kota Semarang sebagai salah satu tari yang berasal dari kota Semarang sejak tahun 1995.
Komentar
Posting Komentar